Perjuangan anak kesulitan belajar di sekolah formal (SD, SMP, da SMA), terlebih khususnya sekolah negeri, amatlah berat! Beban kurikulum saat ini tidak mengakomodir anak dengan gangguan kesulitan belajar, khususnya pada tingkatan Sekolah Dasar (SD). Oleh karena itu pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan tindakan memaksa kepada manajemen sekolah dasar negeri untuk menerima anak kebutuhan khusus (ABK) dan anak kesulitan belajar dan menamakan diri mereka sekolah inklusi. Namun pada prakteknya inklusi yang dilakukan tidak memiliki program khusus dan tetap sama dengan sekolah non inklusi. Hal ini dapat dibuktikan tidak adanya psikolog pendidikan dan atau konselor di sekolah tersebut.
Pada
tulisan ini akan membahas tentang bagaimana anak putus sekolah pendidikan
formal karena adanya gangguan pemusatan perhatian. Gangguan pemusatan perhatian dalam kitab
psikolog dan psikiatrik yaitu DSM-5 dimasukkan ke dalam kelompok Gangguan
Pemusatan Perhatian, Hiperaktivitas dan Impulsivitas (GPPHI) atau dalam bahasa
inggrisnya Attention Deficit/ Hyperactvity
Disorder (ADHD). Namun secara kasat
mata, anak dengan murni gangguan pemusatan perhatian saja tanpa hiperaktivitas
dan impulsivitas tampak berbeda dengan anak hiperaktif!
Secara
kasat mata dari pandangan orang tua dan guru di kelas, anak dengan gangguan
pemusatan perhatian hampir mirip dengan anak lambat belajar atau slow
learner. Definisi anak dengan ganggguan
pemusatan perhatian adalah anak yang pada prinsipnya memiliki gangguan dalam
pemusatan perhatian saat mempertahankan perhatian dalam akivitas belajar. Pada anak slow learner memang mereka tidak
mampu memusatkan perhatian karena kapasitan otaknya dalam hal ini juga terkait
dengan kecepatan memperoses informasi (IQ) yang rendah. Sehingga kemampuan untuk berkonsentrasi sulit
namun dapat duduk diam, tetapi sulit memahami dan menangkap maksud dari tujuan
materi pelajaran. Sedangkan anak dengan
gangguan pemusatan perhatian memiliki kapasitas otak yang lebih baik dari anak
lambat belajar, namun mudah teralihkan pemusatan perhatiannya. Dia mampu duduk diam dan tidak hiperaktif,
hanya pikirannya melayang-layang kepada hal imajinasi dan bukan berfokus pada
materi pelajaran. Akibatnya saat ditanya
oleh guru dan orang tua saat belajar, dia menjadi tidak mampu menjawab. Perbedaan lainnya adalah akibat dari gangguan
pemusatan perhatian ini, pada anak lambat belajar fokus perhatian sang anak
masih mudah diarahkan, karena memang mereka penurut. Namun pada anak dengan gangguan pemusatan
perhatian sulit diarahkan karena mereka memiliki kapasitas dan kecepatan
memproses informasi jauh lebih baik, sehingga tak jarang timbul argumentas-argumentasi
yang tidak terduga dari anak dengan gangguan pemusatan perhatian dengan orang
tua dan guru.
Ciri
lainnya dalam hal perbedaan anak dengan gangguan pemusatan perhatian dengan
anak lambat belajar adalah dalam hal ketekunan.
Anak dengan lambat belajar cenderung tekun dan mampu mengerjakan tugas
hingga tuntas meski waktu pengerjaannya lebih lama dari anak normal. Bahkan dia
mengerahkan semua tenaga agar tugas yang diberikan dapat selesai. Namun berbeda
dengan anak dengan gangguan pemusatan perhatian, dimana mereka sulit untuk
tekun. Mereka ada kecendrungan menolak
tugas yang diberikan oleh guru dan atau orang tua. Mereka selalu berargumen dahulu terkait apa
pentingnya melakukan hal tersebut.
Selain itu konsentrasinya mudah terpecah, hingga sesaat belum selesai
mengerjakan tugas yang satu, sudah pindah ke tugas yang lainnya.
Ciri
kontradiktif yang lainnya adalah anak dengan gangguan pemusatan perhatian
cenderung penyindiri sedangkan anak dengan lambat belajar suka berteman. Hal ini terjadi karena anak dengan gangguan
pemusatan perhatian sulit dimengerti oleh teman sebayanya. Pikiran dan kreativitasnya jauh melampui
mereka sehingga terkesan tidak terhubung dengan teman sebaya di kelas dan atau
sekolah, bahkan di rumah. Hal ini juga
terkait dengan minatnya yang berubah-ubahdari anak dengan gangguan pemusatan
perhatian sehingga menyebalkan bagi teman sebaya, orang tua, dan guru mereka. Tidak fokus! Tidak
sabaran! Itulah yang terkesan dari anak dengan gangguan pemusatan perhatian.
Hal ini juga diperparah dengan pola komunikasi dari anak dengan gangguan
pemusatan perhatian yang cenderung aktif berlebihan sedangkan anak lambat
belajar lebih santun dan mampu berkomunikasi dengan lambat.
Oleh
karena itu anak dengan gangguan pemusatan perhatian mudah sekali untuk
mengalami kesulitan di kelas dan sekolah, hingga berujun putus sekolah. Bermasalah dengan teman dan guru di kelas
sehingga orang tua sering bolak balik ke sekolah untuk menyelesaikan masalah
yang dilakukan buah hati. Mereka adalah pribadi deng perilaku yang menyebalkan
bagi orang tua, teman, guru dan manajemen sekolah. Oleh karena itulah anak dengan gangguan
pemusatan perhatian membutuhkan terapi psikologi untuk memperbaiki masalah yang
ada sehingga intensitasnya menurun. Hal ini penting dilakukan pada saat anak
bersekolah di sekolah dasar. Hal ini merupakan tumbuh kembang emas anak,
sebelum usia empat belas tahun dimana karakter seorang anak mucali cenderung menentap.
Pada usia dibawah empat belas tahun, karakter anak masih mudah diperbaiki,
terlebih pada saat usia bermain yaitu di satuan pendidikan usia dini dan taman
kanak-kanak. Sehingga hal ini perlu
menjadi perhatian bagi guru dan orang tua pada saat anak telah memasuki usia
bermain yaitu di tingkatan pendidikan usia dini dan taman kanak-kanak.
Anak
putus sekolah ini tidak hanya berasal dari golongan tidak mampu. Namun dari golongan yang mampu pun dapat
terjadi. Hal ini karena memang ada
permasalahan dari struktur neurobiologi otak.
Selain itu juga terjadi pada ketidakseimbangan dan kadar neurotransmiter
atau zat kimiawi di otak. Dalam hal ini
adalah neurotransmiter yang terkait dengan jenisnya sepetri serotonin,
dopamine, dan lainnya. Sehingga
penanganan hal ini harus menjadi perhatian orang tua untuk menjaga asupan
makanan bagi anak dengan asupan bergizi tinggi. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki
fisiologi tubuh anak dengan gangguan pemusatan perhatian secara fisika, kimiar,
dan biologis.
Terkait fungsi
psikologis dari anak, maka perlu dilakkukan pemeriksaan psikologi perlu dilakukan
pada anak dengan gangguan pemusatan perhatian di atas berdasarkan ciri uraian
di atas. Pemeriksanaan ini dapat
dilakukan oleh psikolog pendidikan dan psikolog klinis anak. Setelah pemeriksaan dilakukan, maka akan
dilanjutkan kepada jenis terapi apa saja yang akan diberikan. Umumnya pada anak
usia dini, akan dilakukan terapi sensori integrasi. Hal ini untuk melatik
kemampuan memusatkan perhatian khususnya terkait dengan fungsi indera
mereka. Ketuntasan dari terapi dalam
bentuk psikoterapi, terapi perilaku, dan lainnya penting dilakukan bagi anak
dengan gangguan pemusatan perhatian. Hal
ini untuk memperbaiki masalah yang terjadi, sehingga saat terbentuk karakter
dari anak di usia 14-18 tahun, maka intesitas gangguan yang terjadi sudah
menurun.
Layanan pendidikan di PKBM Kramat Pela berfokus kepada layanan dari sisi akademis. Siswa diharapkan dapat mengikui pembelajaran agar dapat lulus dan memperoleh ijasah.. PKBM di Jakarta Selatan ini tidak memberikan layanan terapi bagi anak kesulitan belajar. Layanan terapi dapat dilakukan pada klinik tumbuh kembang atau pusat terapi. Namun pembelajaran secara akademis dapat dilakukan di PKBM Kramat Pela. PKBM yang terletak di Jl. Benda I, Kelurahan Pulo Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini memberikan layanan pendidikan non formal Paket A (setara dengan SD), Paket B (setara dengan SMP), dan Paket C (setara dengan SMA). Ijasah yang diperoleh dari Kementerian Penddiikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di masing-masing tingkatan dapat digunakan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi ataupun bekerja di masa depan. Diharapkan dengan ijasah yang diperoleh maka masalah anak putus sekolah akan terselesaikan dan juga memberikan harapan untuk dapat bekerja di masa depan (Agus/PKBM Kramat Pela)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar